Laman

Sabtu, 11 Maret 2017

Apa ada alasan lain agar aku tetap disisimu?







Aku berjanji tidak akan pernah melepaskanmu.

Deraian airmata yang sedari tadi menetes dengan derasnya tidak membuatku ingin melangkah pergi dari tempat ini. Rasanya aku ingin menghentikan waktu walau hanya sekejap saja. Aku tidak ingin membiarkan waktu kembali mengambil dirimu. Aku tidak akan membiarkan rasa sepiku kembali menyakiti hatimu lagi. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi dengan mudah.

Berkali-kali aku sudah meminta maaf. Aku sudah menyatakan yang sebenarnya. Namun kau masih saja terdiam seakan membeku tidak ingin menjawab segala penyesalanku ini.

Kesalahanku sudah benar-benar membuatmu merasa kecewa begitu besar. Aku tau jika kau akan selalu memaafkanku, aku tau jika kau selalu membelaku dan mempercayaiku disaat mereka menyatakan sebaliknya. Aku menyesal. Aku menyesal karena sudah membuatmu menjadi terluka untuk kesekian kalinya.

Kamu satu-satunya orang yang mempercayaiku meskipun aku sudah membohongimu berkali-kali dengan sengaja.

"Wisnu, aku bener-bener minta maaf sama kamu. Aku nggak akan ngulangin itu lagi."ucapku dengan pelan kala itu.

Lelaki itu masih saja membeku. Tidak ada perubahan yang begitu terlihat dari wajahnya. Masih memandang kearah lautan biru sana. Membiarkan aku memohon bahkan mengemis maaf darinya. Sepertinya lelaki itu tidak peduli lagi dengan alasan-alasanku ini.

"Wisnu, aku minta maaf karena kesalahanku."Ucapku lagi dengan pelan.

Kali ini, aku mengenggam tangannya dengan erat. Ku tatap matanya yang bahkan menolah bertemu dengan mata coklatku ini. Aku yakin kalau rasa kecewanya sudah besar. Aku yakin kalau ia sudah tidak ingin terluka untuk kesekian kalinya. Maka dari itu, ia marah saat ini.

"Wisnu, aku harus apa lagi sih? Aku udah jelasin semuanya. Tapi lihat, kamu sendiri yang cuek minta ampun. Aku bener-bener minta maaf."Balasku dengan kesal.

Lelaki itu tersenyum singkat. "Mendingan kamu nggak usah minta maaf kali ini. Kalo nanti akhirnya kamu akan ngulangin kesalahan ini lagi dan kembali meminta maaf."

"Terus aku harus jelasin kayak gimana lagi?"Tanyaku dengan penuh emosi. Ku biarkan air mata ini selalu menetes agar ia tau betapa menyesalnya diriku ini.

Wisnu melepaskan genggaman tanganku ini. Ia menjauhkan tubuhnya dariku. Ia sengaja membalikkan tubuhnya enggan berdekatan denganku. Aku tau kali ini ia benar-benar merasakan kecewa.

"Maaf, Zah. Aku nggak bisa maafin kamu dengan mudah. Kamu udah buat aku terluka. Terutama kamu selingkuh dengan kakakku sendiri."Tegas Wisnu dengan singkat dan datar.

Aku kembali menyesalinya. Aku menyesal. Aku menyesal karena sudah menyakitinya.

"Wisnu aku bisa jelasin itu semua, jadi kamu dengerin dulu kalau---"

Wisnu memotong ucapanku dengan cepat. "Sebenarnya kurang aku apa sih, Zah? Aku selalu ada buat kamu. Aku selalu percaya sama kamu. Bahkan kalau aku ada tugas penting, aku selalu ngabarin kamu. Aku sadar pekerjaanku ini menyita waktu kita berdua. Tapi dibalik itu semua, aku selalu setia sama kamu."

Aku tidak tega melihat wajahnya yang seakan menyalahkan dirinya seorang diri.

"Aku tau, pekerjaanku sebagai anggota Tim Basarnas membuat kamu menjadi jenuh. Jadi ini sepenuhnya salahku. Kamu nggak perlu minta maaf."sambung Wisnu kembali dengan lirih.

Perlahan, Wisnu mulai beranjak dari tempat nya berdiri saat ini. Melangkah ke depan dengan sengaja seakan meninggalkanku dalam penyesalan ini. Aku sadar semua adalah kesalahanku. Aku yang merasa senang ketika mendapatkan notifikasi pesan yang bukan dikirimkan oleh Wisnu. Aku yang senang ketika diam-diam menerima telepon yang bukan dari Wisnu. Aku yang bahkan dengan senang membalas pesan-pesan itu hingga larut malam walau bukan Wisnu yang mengirimnya.

Aku senang akan hal itu.

Dan  kesalahanku tidak pernah berpikiran untuk mengakhiri hal yang bisa dikatakan salah itu. Aku malah menyukainya.

Aku sudah bertindak bodoh. Aku rela melepaskan orang yang benar-benar ada untukku. Aku sudah melukai kepercayaan orang itu. Dan mungkin, ia tidak akan mudah percaya lagi.

"Wisnu! Aku menyesal. Aku minta maaf karena udah nyakitin hati kamu."Teriakku dengan keras seakan berusaha memanggil nya yang berjalan jauh dariku.

Lelaki itu tetap berjalan. Tidak menoleh kebelakang untuk mengucapkan kata-kata.

Kali ini dapat aku pastikan hubunganku berakhir begitu saja. Hari-hariku akanmenjadi berbeda. Tidak ada yang sibuk menyuruhku untuk makan pagi sebelum berangkat kuliah. Tidak ada yang menungguku ketika jam kuliah telah usai. Tidak ada yang menguncir rambutku ketika aku sedang merasa penat dengan aktivitas yang monoton. Aku sudah membuatnya lepas dariku.

Kuhelakan napas dalam. Kisahku berakhir disini. Seseorangyang tega menyakiti hati lelaki sebaik Wisnu. Kali ini biarkan ia membenci ku agar aku bisa menebus kesalahanku. Biarkan ia merasa tidak pernah mengenal ku agar aku dengan mudah melupakannya.

Sudahlah, aku harus merelakan dirinya. Bahkan, tadi itu adalah pertemuan terakhir kami yang tidak pernah kami rencanakan.

Aku membalikkan tubuhku kearah yang berlawanan dengan Wisnu. Kami berpisah disaksikan oleh lautan yang biru itu. Berjalan dengan tujuan berbeda dengan rasa sakit yang kami rasakan masing-masing. Aku yang tersakiti karena penyesalan sedangkan ia yang tersakiti karena penghianatan.

Hingga, dua buah tangan melingkar di leherku. Tangan itu memeluk ku dari belakang. Bisa kurasakan kehangatan nya masih sama. Masih seperti lima tahun yang lalu sejak kami masih mengejar nilai-nilai untuk naik kelas.

"Sayangnya, rasa percaya ku lebih besar dari apapun. Meskipun kamu menyakiti aku, aku tidak bisa marah dengan kamu. Aku tau kamu punya alasan. Jadi, tetaplah disisiku. " ucap Wisnu dengan lirih.

Tuhan, dia tetap saja mempercayai apapun disaat tindakanku sudah menyakitinya secara langsung.






The end 










Ps: cerita ini juga dipublish di akun wattpad saya @moonlittype. Apabila menemukannya di ha halaman web atau blog lain harap laporkan karena sudah melanggar hak cipta. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar